Kamis, 03 November 2011

LAUT JEPANG



Sejumlah piramida dan bangunan batu raksasa ditemukan di dasar laut lepas pantai Jepang...

Selama ini, orang menganggap piramida hanya terdapat di Mesir. Padahal di berbagai wilayah lainnya di dunia juga secara berturut-turut telah ditemukan piramida zaman prasejarah. Seperti misalnya peradaban bangsa Maya di Amerika Selatan, peradaban bangsa Yunani di Eropa, wilayah Asia dan lain-lain, telah ditemukan piramida yang bentuk dan besar kecilnya tidak sama. Artikel ini memperkenalkan sebagian piramida yang ditemukan di Jepang, piramida-piramida ini sepertinya tidak ada hubungan apa pun dengan bangsa Jepang modern, mungkin dibuat oleh manusia prasejarah yang jauh sebelum adanya sejarah.

Sejak tahun 1950-an, di berbagai wilayah Jepang secara berturut-turut telah ditemukan peninggalan piramida dalam jumlah besar dan bangunan batu raksasa, dari masa sejarah yang sangat lama, di antaranya beberapa piramida karena permukaannya tertutup oleh debu dan tanah, serta dipenuhi dengan berbagai macam tumbuh-tumbuhan, bagian luar tampak seperti sebuah gunung yang tinggi. Orang Jepang Jiujing Shengjun bahkan menemukan adanya hubungan tertentu antara bangsa Jepang dengan bangsa Yahudi pada zaman dahulu.

http://www.mynetimages.com/64989edc.jpg

Tidak hanya demikian, pada tahun-tahun terakhir ini di dasar laut lepas pantai Jepang telah ditemukan banyak sekali peninggalan peradaban zaman purbakala. Sejak Maret 1995, penyelam menemukan 8 tempat peninggalan yang tersebar di sekitar Hiroshima hingga lautan Pulau Yonaguni. Tempat peninggalan pertama adalah sebuah konstruksi persegi empat yang sangat menarik, namun tidak begitu jelas dan ditutupi oleh karang sehingga bagian buatan manusianya tidak bisa dipastikan. Setelah itu, seorang atlet penyelam di musim panas tahun 1996 di luar dugaan menemukan sebuah teras beruncing raksasa di kedalaman 40 kaki di bawah permukaan laut Oklahoma Selatan, dipastikan merupakan hasil buatan manusia. Dan melalui pencarian lebih lanjut, tim penyelam lainnya menemukan lagi sebuah monumen lain dan lebih banyak lagi bangunan buatan manusia. Mereka mendapati jalan yang panjang dan luas, tangga dan pintu lengkung yang tinggi dan megah, serta batu raksasa yang dipotong dengan sempurna. Semua ini dipersatukan selaras dengan gaya bangunan berbentuk garis lurus yang belum pernah ditemukan sebelumnya.

http://endragu.files.wordpress.com/2008/11/underwaterpyramid1.jpg

Dalam beberapa bulan selanjutnya, kalangan arkeologi Jepang ikut serta dalam penggalian yang membangkitkan semangat ini. Tidak lama kemudian, mereka menemukan lagi sebuah konstruksi yang berbentuk piramida yang sangat besar di kedalaman 100 kaki di bawah permukaan laut tidak jauh dari pegunungan Sinaguni yang berjarak 300 mil dari Hiroshima. Benda raksasa ini terletak di sebuah kawasan luas yang kelihatannya digunakan untuk penyelenggaraan upacara, pada kedua sisinya terdapat pintu menara raksasa, bangunan ini panjang 240 kaki, lebar 600 kaki, dan tinggi 90 kaki, dan sejarahnya dapat dilacak kembali minimal 8.000 tahun SM.

Oleh karena visibilitas normal adalah 100 kaki di bawah permukaan laut, maka tingkat kejernihan pandang peninggalan ini cukup untuk pengambilan foto dan rekaman video. Gambar-gambar tersebut muncul dalam berita utama di koran-koran Jepang melebihi satu tahun lamanya, arkeolog berpendapat, bahwa ini mungkin adalah sebuah bukti awal adanya peradaban zaman batu yang masih belum diketahui orang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiEZQpX4gt5HN39e4BSYppRBu423GJZxOgLgOpB-rjhyE4-MMhdyaTrVHIey9KUy5r3w96LFm26rEBso9o3TQ9jdjgvQMW6R7sxWufrWyWt-8C0yzRPNT3CKGEJefbEFVRT9oMDM4ioY-7W/s400/yonaguni1-3.jpg

Ahli geologi, Profesor Masaki Kimura dari Universitas Hiroshima, yang pertama-tama mengadakan penelitian ini dan mengambil kesimpulan bahwa bangunan yang mempunyai lima tingkat konstruksi ini adalah buatan manusia. Dia mengatakan: “Bahwa bangunan ini bukan benda hasil alamiah. Jika hasil alamiah, seharusnya pecahan yang terbentuk melalui korosi bertumpuk di atasnya, namun tidak ditemukan pecahan batu seperti ini.” Dia menambahkan, “bahwa sekeliling bangunan terdapat suatu yang mirip jalanan, dan ini semakin membuktikan bahwa ia adalah buatan manusia.

Profesor ilmu geologi Universitas Boston Robert Sketche menyelam dan memeriksa bangunan tersebut. Dia mengatakan, “Jika diamati, bangunan itu seperti serentetan tangga raksasa, setiap tangga tingginya kurang lebih 1 meter. Esensial penampang bangunannya mirip dengan piramida model tangga. Ini merupakan sebuah struktur yang sangat menarik. Pengikisan air yang alami ditambah lagi dengan proses perpecahan batu berkemungkinan menghasilkan struktur seperti ini, namun kami masih belum menemukan proses yang bagaimana dapat menghasilkan penampang tangga yang begitu tajam.”

Bukti selanjutnya yang dapat membuktikan bahwa bangunan tersebut adalah buatan manusia adalah beberapa tumpukan kecil dari batu yang ditemukan di sekitarnya. Mirip dengan bangunan utama, piramida-piramida mini ini dibentuk dari batu hampar berbentuk tangga yang disatukan, lebarnya 10 meter dan tinggi 2 meter.

http://news.nationalgeographic.com/news/bigphotos/images/070919-sunken-city_big.jpg


Profesor Kimura berpendapat, bahwa masih terlalu pagi jika ingin mengetahui siapa yang telah membuat monumen tersebut atau apa tujuannya. Dia mengatakan, “Bangunan ini mungkin adalah sebuah istana dewa dari agama zaman dahulu, digunakan untuk memuja-muji dewa tertentu, sama seperti penduduk Hiroshima yang percaya pada dewa Nirai-Kanai yang dapat mendatangkan kesejahteraan dari laut kepada mereka. Oleh karena berdasarkan catatan, 10 ribu tahun lampau tidak ada manusia yang mampu membuat monumen seperti ini, maka ini mungkin adalah sebuah bukti peradaban manusia yang tidak diketahui orang.”

“Hanya manusia yang memiliki teknologi tingkat tinggi baru mampu menyelesaikan proyek seperti ini, dan sangat mungkin berasal dari daratan Asia yang mengandung peradaban manusia paling kuno. Bangunan yang demikian raksasa harus menggunakan mesin tertentu baru dapat menyelesaikannya,” lanjut Profesor Kimura.

Masa peradaban Jepang sekarang ini berawal dari zaman batu baru sekitar tahun 9000 SM. Penghidupan orang-orang pada zaman itu adalah berburu dan mengumpulkan makanan. Tidak mungkin ada teknologi maju untuk membuat bangunan seperti piramida raksasa tersebut. Dapat disimpulkan bahwa sebelum peradaban Jepang kali ini, di kawasan Jepang ini, pernah ada peradaban manusia yang sangat maju, dan ia dengan bangsa Jepang sekarang tidak mempunyai hubungan apa pun.

ARTI DANFUNGSI LAUT BAGI MASYARAKAT LOKAL



    Dari kenyataan yang ada, dapat dikatakan bahwa orientasi pembangunan selama ini cenderung berpihak pada pembangunan fisik dan pertumbuhan, lebih diarahkan untuk meningkatkan kapasitas produksi sumberdaya alam di darat. Pembangunan tersebut kurang memperhatikan pendayagunaan sumber daya kelautan dan pemberdayaan masyarakat atau penduduk lokal yang ada di daerah pesisir yang hidupnya tergantung kepada pengelolaan sumberdaya laut.   
    Kebijkan – kebijakan yang di ambil oleh pemerintah selama ini seringkali bersifat parsial dan direncanakan dari atas (top down) sehingga seringkali kurang atau bahkan tidak mencerminkan kepentingan dan kebutuhan penduduk lokal, misalnya kebijakan pemerintah yang memberikan izin kepada perusahan pertambangan emas untuk pembuangan, limbah tailing ke dasar laut, ini jelas – jelas mematikan inisiatif, penduduk lokal yang tinggal didaerah pesisir, karena bagi penduduk lokal laut merupakan bagian yang sangat fital dalam rangka pengembangan kehidupan mereka. 
      Oleh karena itu dengan adanya kondisi potensi sumberdaya laut yang masih cukup besar pada beberapa perairan termasuk perairan diwilayah Batuputih, sudah adanya kerusakan lingkungan pada beberapa perairan lainnya serta serta adanya masyarakat atau penduduk lokal miskin dan terkebelakang menggambarkan adanya kekurangan dan kelemahan di dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya laut yang ada selama ini. Untuk itu sudah saatnya hal tersebut mendapat perhatian yang wajar, agar sumber daya laut dimasa yang akan datang dapat dikelola dengan baik, dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan serta menjamin kelestarian laut sehingga memberikan kesejahteraan terutama bagi penduduk lokal. Sehingga penduduk lokal benar-benar memahami dan mengerti arti dan fungsi laut dalam kehidupan mereka. 
      Laut adalah suatu bagian dari ciptaan Allah yang kini menjadi lahan pekerjaan bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah pesisir. Bagian wilayah yang terbilang besar dan luas ini bagi penduduk lokal digunakan sebagai sumber kehidupan yang perlu dikelola dengan penuh rasa tanggung jawab dengan tidak mengesampingkan bahaya pelestarian dari laut itu sendiri.
      Batuputih sebagai contoh dari penduduk lokal yang sangat merasakan arti dan fungsi laut itu sendiri dalam kehidupan mereka. Dimana dengan keterampilan mereka dibidang perikanan dan didukung dengan lingkungan dimana mereka tinggal yaitu di daerah pesisir, maka secara jelas penduduk Batuputih bermata pencaharian di sektor perikanan atau yang lebih di kenal dengan sebutan Nelayan. Dimana penduduk Batuputih mendasarkan harapan kehidupan mereka pada hasil mata pencaharian mereka sebagai nelayan ini. Itupun di dukung dengan potensi laut yang ada di wilayah perairan Batuputih, dimana menyimpan sumberdaya perikanan yang cukup banyak, sehingga penangkapan ikan di laut merupakan salah satu, usaha yang paling banyak dilakukan oleh penduduk lokal ( Batuputih ).
      Dari kenyataan yang ada, maka dapat dikatakan bahwa hasil laut dari penduduk Batuputih yang di dapat lewat pekerjaan/ketermpilan mereka sebagai nelayan dapat dipakai untuk melangsungkanbahkan mensejahterakan kehidupan penduduk yang ada diwilayah Batuputih. Sehingga mereka memahami bahwa laut itu sangat berarti bagi kehidupan mereka sebagai penduduk lokal yang ada atau tinggal di daerah pesisir, dikarenakan fungsi dari laut itu sendiri dalam kehidupan mereka.
      Sesungguhnya asumsi bahwa penduduk lokal yang ada di Batuputih hidup dan kehidupan mereka tergantung pada laut benar dan tepat. Buktinya dari 2672 jiwa jumlah penduduk,70% adalah bermata pencaharian sebagai, nelayan. Dan kesejahteraan penduduk yang ada sekarang ini bahkan sampai meneruskan pendidikan anak sampai keperguruan timggi itu adalah merupakan dampak positif dari pekerjaan atau mata pencaharian mereka sebagai nelayan.
Dampak positif lain dari nelayan ini adalah hasil tangkapan mereka di wilayah laut Batuputih dapat dikonsumsi oleh masyarakat yang ada di Bitung dan Manado.
Lebih jauh dari itu, laut ternyata punya fungsi yang sangat besar bagi penduduk lokal. Karena selain sebagai wilayah tangkapan ikan, laut juga merupakan bagian yang tak terlepas dari tanggungjawab mereka sebagai nelayan untuk dikelola dan dipelihara dengan penuh rasa tanggung jawab.
      Awalnya penduduk lokal mengartikan bahwa laut sebagai salah satu bagian saja dari wilayah negara kita yang diciptakan oleh sang pencipta, tetapi setelah memahami dan merasakan fungsi dari laut itu sendiri, maka  penduduk lokal menempatkan laut itu sebagai lahan dan sumber kehidupan bagi mereka untuk melanjutkan dan mempertahankan kehidupan dalam rangka menuju kepada satu kehidupan yang sejahtera.
         Di bawah ini kami paparkan beberapa fungsi laut bagi kehidupan penduduk lokal, yaitu:
· Laut berfungsi sebagai kekayaan alam yang perlu dijaga, dikelola dan dilestarikan.
· Laut berfungsi sebagai lahan bagi masyarakat/penduduk lokal untuk menggantungkan dan meneruskan kehidupan mereka sebagai nelayan.
· Laut berfungsi sebagai sarana bagi penduduk lokal untuk mengembangkan keterampilan mereka di bidang perikanan.
Meski data dan fakta tentang arti dan fungsi laut bagi penduduk lokal telah dikedepankan tetapi banyak hal yang masih terangkat masalah kelautan, dan salah satu dari sekian masalah kelautan yang ada yang sedang dihadapi oleh penduduk lokal adalah penggunaan teknologi, dan metode (Submarine Tailings Dispsal) yang dalam bahasa indonesia disebut pembuangan limbah tailing dasar laut.
      Terlepas dari perdebatan yang ada, fakta menunjukkan bahwa penduduk lokal yang tinggal di daerah pesisir secara jelas dan keras menolak dan menentang pembuangan limbah tailing kedasar laut. Karena hal demikian dapat mengancam kelestarian laut dan ekosistem yang ada di laut bahkan lebih luat lagi akan mengancam kehidupan penduduk lokal yang menggantungkan harapan hidup mereka pada laut.
      Bagi penduduk lokal yang tinggal di daerah pesisir apalah artinya laut yang terbentang luas, kalau laut itu sudah tak ada fungsi bagi kehidupan mereka karena sudah tercemar dengan limbah, dan kalau itu akan terjadi maka lebih baik bagi penduduk lokal adalah merapatkan barisan untuk memperkuat persatuan dan kesatuan yang ada dalam rangka untuk mendobrak kebijakan pemerintah dan menyatukan persepsi untuk menyatakan secara bersama-sama bahwa penduduk lokal, yang tinggal di daerah pesisir menolak proyek atau perusahaan yang merugikan rakyat.
      Untuk itu sejalan dengan otonmi daerah (UU No. 22 Thn 1999 dan UU No. 25 Thn 1999) yang diiringi dengan menguatnya tuntutan demokrtisasi, peningkatan peran serta masyarakat pemerataan dan keadilan, maka pembangunan kelautan harus memperhatikan upaya pemberdayaan daerah, yang ditopang dengan upaya-upaya pengembangan masyarakat seperti yang telah diamanatkan oleh GBHN 1999. 
        Keberhasilan dari penduduk lokal untuk memanfaatkan laut serta menjaga melestarikannya dari pencemaran limbah pertambangan emas, sangat tergantung dari kesungguhan dan keberhasilan Konfrensi internasional pembuangan tailing ke dasar laut. Kesungguhan dan keseriusan dalam memperjuangkan masalah pembuangan limbah, akan memberi kontribusi yang berarti bagi kehidupan penduduk lokal yang ada dan tinggal di daerah pesisir.

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger