Kamis, 03 November 2011

" Laut Sawu "

" Laut Sawu "

Dihuni 50 % Jenis Paus di Seluruh Dunia

Dimana kita bisa menemukan habitat terbesar ikan paus? Jawabnya, di Laut Sawu, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Bayangkan, sekitar 14 dari 27 jenis paus di seluruh dunia terdapat di laut yang terletak di antara Pulau Timor, Pulau Sawu, Pulau Sumba, Pulau Flores, dan Kepulauan Alor.

Itu berarti lebih dari 50 persen jenis paus di seluruh dunia berada di Laut Sawu yang terletak di bagian selatan segitiga karang dunia (coral reef triangle). Atau secara geografis, Laut Sawu terletak di persimpangan Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.

Tingginya populasi paus di Laut Sawu karena perairan tersebut merupakan jalur migrasi dari 14 jenis paus, termasuk dari jenis langka, yakni paus biru (Balaenoptera musculus) dan paus sperma (Physeter macrocephalus). Paus sperma merupakan hewan bergigi terbesar di dunia. Disebut demikian karena pada bagian kepalanya terdapat bahan putih susu seperti sperma.

Sementara itu, paus biru adalah jenis paus terbesar yang panjangnya mencapai lebih dari 33 meter dan bobot mencapai 181 ton. Ia bertubuh panjang dan langsing. Paus ini dicirikan oleh warna tubuhnya yang kelabu kebiruan.

Perkiraan jalur migrasi paus sperma adalah dari Samudra Pasifik melewati Laut Banda, Laut Flores, lalu masuk Laut Sawu melalui perairan Pulau Alor dan ke Samudra Hindia di selatan Sumba atau sebaliknya. Rute migrasi ini merupakan jalur tetap dan vital.

Maklum, selain arusnya bagus, pada saat tertentu juga terdapat banyak makanan paus yakni cumi-cumi. Selain mencari pakan, migrasi juga bertujuan mencari perairan yang hangat bagi paus untuk melahirkan.

Populasinya Menyusut
Kini, sebagian pecinta lingkungan merasa khawatir terhadap populasi paus yang terus menyusut. Betapa tidak, nelayan lokal Lamalera secara periodik terus memburu paus-paus tersebut. Tradisi nelayan di Pulau Lembata, NTT itu sudah termashur di seluruh dunia. Menurut dokumen pelaut Portugis, perburuan tersebut sudah dimulai sejak tahun 1642.

Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Lembata, NTT menunjukkan, sejak tahun 1957 mereka memburu dan membunuh sekitar 475 ekor. Itu berarti setiap tahun 20 hingga 50 paus tewas dibunuh.
Cara berburunya sangat unik. Sekelompok nelayan lokal itu hanya bermodalkan sampan bercadik (paledang) dan bersenjatakan tombak (tempuling) berpengait. Ketika ikan paus berhasil dicegat di tengah laut, dengan sekuat tenaga seorang nelayan tadi melompat dari sampannya menghujamkan tombaknya ke badan ikan paus.

Atraksi ini makin sengit manakala paus buruan itu buas. Bisa jadi, sang penombak tadi terseret ke laut lepas. Terjadi pertarungan seru antara nelayan tadi dan ikan paus yang beratnya bisa mencapai 30 ton dengan panjang 9 meter. Malah kadang-kadang perahu kecil itu dihantam paus dan hancur berkeping-keping. Beberapa nelayan pun tewas mengenaskan.

Namun demikian tak sedikit pertempuran itu dimenangkan nelayan. Ikan paus yang telah dilumpuhkan itu kemudian ditarik ke pantai. Dagingnya dipotong-potong dan dijemur. Bau amis menyebar di Kampung Lamalera.
Hampir di setiap rumah penduduk memiliki “pancuran dadakan” yang secara khusus mengalirkan tetesan minyak paus. Sebagian minyak ini dimanfaatkan untuk bahan bakar penerangan pelita di malam hari. Sisanya dijual.

Sementara itu, daging yang telah kering itu dibawa ke pasar untuk dijual atau dibarter dengan ubi jalar, batang tebu, sirih, merica, kemiri, dan lain-lain.

Mencemaskan
Bagi sebagian kalangan, perburuan paus ini mencemaskan. Sebab, proses reproduksi paus berlangsung sangat lambat. Paus dewasa baru bisa melahirkan anaknya ketika sudah berumur 20 tahun. Lagi pula setiap induk paus hanya melahirkan seekor anak.

Paus yang baru dilahirkan akan selalu dekat induknya agar bisa berlindung. Pada umumnya paus mampu tumbuh dengan cepat. Saat baru dilahirkan, anak paus biru misalnya, memiliki berat hanya sekitar tiga ton. Namun setelah tujuh bulan, ia berbobot sekitar 32 ton.

Mamalia laut ini memang unik. Ia memiliki sirip dada sebagai alat keseimbangan pada saat berenang dan sirip ekor sebagai alat berenang. Setelah menyelam selama sekitar 90 menit pada kedalaman 1.000 meter, paus akan kembali permukaan air laut untuk menarik nafas dengan menggunakan paru-paru. Nafas hangat itu lalu dihembuskan ke udara sehingga tampak seperti air mancur.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger